Saturday 9 June 2012

Tradisi Curakan

Dikampung saya (Cirebon) terdapat sebuah tradisi yang kami sebut "curakan." tak menutup kemungkinan didaerah-daerah lain juga terdapat tradisi ini dengan nama yang berbeda-beda.

Tradisi ini berbentuk pembagian sejumlah uang logam dengan cara dilempar ke khalayak yang telah siap berkumpul & berebuat uang logam yang tercecer ditanah.

Tradisi "curakan" dimaksudkan sebagai ekspresi atau ungkapan syukur atas kenikmatan yang didapat oleh seseorang. Perlu dicatat, ini bukan sebuah ritual keagamaan atau politeisme yang mengandung aturan-aturan tertentu. Bisa dikatakan juga, ini hanya sebatas 'berita' bahwa orang yang menyelenggarakan "curakan" sedang mendapatkan kegembiraan.

Yang menarik adalah khalayak yang ikut berebut ini tidak pandang status, tua muda, kaya miskin, laki-laki perempuan, ikut berkumpul. Walaupun jika dihitung dari jumlah uang yang diperebutkan tidak seberapa. Mungkin ini sebagai sikap penghargaan terhadap orang yang sedang merasakan kegembiraan (kenikmatan).

Selain itu, saya tertarik dengan suasana kompetisi yang ditimbulkannya, beragam cara dilakukan untuk mendapatkan uang logam paling banyak. terkadang, beberapa orang yang mendapatkan uang logam banyak malah membagikannya lagi kepada yang tidak mendapatkan (kalah kompetisi). ha ha. . .iklim kompetisi inilah mungkin yang sudah jarang ditemukan.

Orang boleh mengatakan tradisi tersebut tidak 'modern', katakanlah sudah jadul (jaman dulu) dan telah ketinggalan zaman.

Agaknya memang benar bahwa tradisi tersebut semakin ditinggalkan, penyelenggaraannya pun sekarang tidak se-intens seperti dulu waktu saya masih kecil. Hanya saja, nilai-nilai yang terkandung didalamnya justru semakin berharga & langka di kehidupan kita yang katanya "modern" ini, sayang kan?. . .

Sikap bersyukur dengan berbagi, menghargai siapapun dia, dan kompetisi yang anggun dalam sebuah tradisi. Kenapa pula harus ikut tergilas oleh kemajuan zaman...?

Islam dalam dinamika kehidupan remaja (Pelajar)

Secara luas Islam diartikan sebagai tunduk atau berserah diri kepada Allah swt, baik dengan sukarela maupun terpaksa. Dalam istilah lain Islam adalah agama Tauhid (mengesakan Allah swt). Dengan pengertian seperti ini, maka konsekuensinya Islam mencakup semua manusia yang berketuhanan yang Maha Esa sejak nabi Adam as hingga nabi Muhammad saw.

Adapun secara sempit, Islam diartikan sebagai agama yang diwahyukan kepada masyarakat manusia melalui nabi Muhammad saw, sumber ajarannya adalah al-quran dan sunnah yang hakikat ajaran-ajarannya menyangkut berbagai segi kehidupan manusia (aqidah, ibadah, muamalah).

Sebagai sebuah agama, fungsi terpenting dari Islam adalah untuk menciptakan rasa aman dan sejahtera bagi pemeluknya. Dari sini terlihat kaitan yang sangat erat antara “iman” dan “aman”. Rasa aman tersebut diperoleh melalui keyakinan tentang sesuainya sikap manusia dengan kehendak dan petunjuk Allah swt.

Islam ditengah kehidupan remaja (pelajar)

Usia remaja umumnya termasuk usia sekolah (pelajar) yang menurut Kohnstamm sekitar usia 14-21 tahun. Dalam ilmu psikologi khususnya psikologi perkembangan remaja merupakan peralihan dari masa anak ke masa dewasa yaitu saat-saat ketika anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya ia belum dapat dikatakan orang dewasa. Masa ini oleh Aristoteles disebut dengan masa pubertas. Istilah lain untuk masa ini adalah adolesen atau dalam Islam disebut dengan akil baligh. Masa remaja sebagai tahap perkembangan memiliki beberapa karakteristik, baik dari segi biologis, psikologis, maupun sosial.

Ada beberapa ciri yang dapat diidentifikasi dari seorang remaja, seperti : pertumbuhan fisik yang sangat cepat, perkembangan seksual, cara berpikir kausalitas (sebab-akibat), emosi yang meluap-luap, mulai tertarik kepada lawan jenisnya, menarik terhadap lingkungannya, dan terikat dengan kelompok.

Dilihat dari perkembangan masa remaja, perkembangan agamanya sangat dipengaruhi oleh perkembangan emosi yang labil dan perkembangan intelektual remaja yang semakin kritis terhadap fenomena atau keadaan yang ada disekelilingnya. Oleh karena itu ciri khas perkembangan agama pada masa remaja adalah ambivalensi artinya perkembangan agama pada masa remaja bersifat maju mundur atau dengan kata lain keberagamaan usia remaja tidak bisa stabil. Pada saat tertentu mereka sangat rajin ibadah namun di waktu lain justru sebaliknya ia sangat bermalas-malasan. Disamping itu perkembangan intelektual yang semakin kritis membuat para remaja tidak mau begitu saja menjalankan hal-hal yang menurut ia kurang masuk akal. Oleh karena itu menanamkan nilai-nilai agama tidak tepat jika hanya dilakukan dengan pendekatan doktriner (menanamkan pemahaman dengan pemaksaan) tetapi juga diperlukan pendekatan rasional (masuk akal) sehingga ia mampu memahami perintah agama tersebut dengan nalar rasional mereka yang baru berkembang.

Disisi lain, secara kebutuhan psikologis remaja juga mempunyai kebutuhan beragama dan kebutuhan akan rasa aman.

Kebutuhan beragama didasarkan bahwa manusia pada dasarnya adalah butuh agama. Dalam Islam terdapat konsep fitrah, bahwa setiap bayi yang lahir selalu dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci) orang tuanyalah yang membuatnya Yahudi, Nasrani, maupun Majusi. Dalam konteks ini berarti fitrah dimaknai dengan fitrah agama yang lurus (dinul qayim).

Pada masa remaja kebutuhan beragama ini juga menonjol. Akan tetapi beragamanya didasarkan atas didikan dari kecil. Kalau dari kecil kurang didikan agama maka di waktu remaja mungkin menjauhkan diri dari agama. Sebaliknya jika ia sejak kecil dididik agama dengan baik maka remajanya otomatis akan menjadi remaja yang taat beragama.

Perasaan gelisah pada remaja dapat merupakan dasar bagi tumbuhnya kepercayaan kepada Allah swt (iman). Banyak ajaran agama khususnya Islam yang menerangkan bahwa dengan beribadah akan menentramkan jiwa. Dengan demikian ajaran-ajaran agama adalah obat rohani (psikis) yang ampuh.

Sedangkan kebutuhan akan rasa aman adalah kebutuhan pokok bagi manusia. Pada manusia rasa aman itu dibutuhkan sejak kecil. Rasa aman yang ditimbulkan oleh situasi di waktu anak mengisap (periode oral) misalnya menyusu, mengisap jari, merupakan aspek terpenting bagi perkembangan kepribadian anak untuk masa selanjutnya.

Pada masa remaja kebutuhan rasa aman sangat dibutuhkan untuk perkembangan psikisnya yang lebih baik, tanpa adanya rasa aman maka ia akan mengalami kesulitan dalam melakukan aktualisasi diri.

Problem beragama pada masa remaja (Pelajar)

Menurut Sofyan S Willis, masalah agama pada masa remaja sebenarnya terletak pada tida hal yaitu keyakinan dan kesadaran beragama, pelaksanaan agama secara teratur, dan perubahan tingkah laku karena agama.

Keyakinan dan kesadaran beragama harus ditumbuhkan sejak kecil namun demikian pada masa remaja bisa saja hal itu dilakukan. Dalam menumbuhkan keyakinan dan kesadaran beragama ini hendaknya kita lakukan dengan pendekatan pembiasaan. Jika pembiasaan tersebut berhasil menjadi sebuah kebiasaan yang melekat pada diri remaja maka mereka dapat melaksanakan amalan agama secara teratur sehingga akan terjadi perubahan tingkah laku karena agama.

Penutup

Inilah hal-hal yang harus diperhatikan dalam kaitan antara Islam dan kehidupan remaja, sehingga dalam penghayatan agama terjadi kesesuaian. Jangan sampai Islam justru semakin jauh dan asing dalam kehidupan remaja hanya karena pemahaman Islam yang disampaikan tidak membumi sesuai dengan perkembangan dan problematika yang dihadapi remaja.




DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Harun, 1985. Islam ditinjau dari berbagai aspeknya. Jakarta : UI Press
Shihab, M. Quraish, 1992. “Membumikan” Al-Quran. Bandung : Penerbit Mizan
Kusumo, Sutomo Parastho, 2009. Jangan Persempit Islam. Yogyakarta : Penerbit Santusta
PP IPM, 2011. Panduan Da’wah Pelajar. Jakarta : IPM Press

Perubahan dan Nilai

Seiring dengan perkembangan zaman, kehidupan selalu mengalami perubahan. bukankah ini resiko dari adanya dimensi ruang dan waktu, tidak ada yang tak berubah kecuali perubahan itu sendiri. juga perubahan menghendaki adanya perbedaan. maka agak heran jika ada orang yang fanatik buta dan marah untuk berubah.

Disini, perubahan berlaku apabila ada pelaku dan adanya nilai yang mendorong pengamalan dan aktivitas.

Memang agak krusial dan harus diwaspadai nilai-nilai yang terbawa bersama perubahan. sebab terlalu banyak cara pandang hidup (nilai) yang saling berebut untuk menghegemoni kehidupan manusia. entah itu yang baik maupun yang buruk. perlu digarisbawahi bahwa semakin luhur dan tinggi suatu nilai, semakin luhur dan tinggi pula yang dapat dicapai. sebaliknya, semakin terbatas ia, semakin terbatas pula pencapaiannya. monggo dipilih :)

Setiap orang atau sekelompok orang, tentu memiliki nilai-nilai yang mengarahkan mereka. tetapi nilai-nilai tersebut terbentuk atau dibentuk oleh pandangan kedisinian dan kekinian lingkungannya, sehingga ia menjadi sangat terbatas. kekinian dan kedisiniannya menjadikan ia rutin dan berulang-ulang, sehingga masa depan mereka tidak lain kecuali pengulangan masa kini mereka.
kekinian dan kedisinian menghasilkan kemandekan, di samping menjadi orang-orang yang memiliki pengaruh dan kekuasaan bertindak sewenang-wenang demi mempertahankannya.

Lalu, nilai apa yang harus diyakini? mungkin inilah salah satu pertanyaan yang kemudian muncul jika memang perubahan tak bebas nilai, dan harus dipilah-pilih terlebih dahulu. tentunya, nilai yang harus membebaskan dari kungkungan manusia lain ataupun keadaan, sebab sejatinya setiap manusia mempunyai kedudukan setara dan lebih mulia dibandingkanan lainnya.

Bagi umat Islam, nilai yang harus mengarahkan seluruh aktivitasnya, lahir dan batin, dan yang kepadanya bermuara seluruh gerak langkah dan detak jantung, adalah Tauhid (keesaan Tuhan swt). dari keesaan Tuhan, dan kepada keesaan-Nya, memancar kesatuan-kesatuan lainnya, seperti kesatuan alam semesta dalam penciptaan, eksistensi dan tujuannya, kesatuan kehidupan dunia dan akhirat, kesatuan natural dan supranatural, kesatuan ilmu dengan berbagai disiplin dan amal, kesatuan imam dan rasio, kesatuan asal manusia, dan kesatuan-kesatuan lainnya.

Dengan semakin derasnya arus globalisasi, maka mau tak mau kita harus berpacu dengan perubahan zaman berikut dengan segala konsekuensinya. kemajuan diberbagai bidang kehidupan telah dirasakan bersama-sama. jangan sampai kita malah menutup diri dan tergilas oleh zaman karena tidak mau berubah.

Sungguh sulit untuk mempertahankan sebuah nilai luhur nan tinggi hanya dengan kekuatan pribadi. dibutuhkan sebuah ikatan yang mampu saling mengeratkan dan saling mengisi satu sama lain. untuk terus berdialektika dengan perubahan, bukan dengan corak fanatis melainkan konstruktif.

Sekelummit ganjalan mengawali tahun 2012, ditengah pertarungan pandangan hidup (nilai) yang saling berebut mendominasi. semoga dengan segala anugerah yang diberikan Tuhan (Allah swt) kita mampu menjadi pribadi yang pantas memimpin perubahan ke arah yang lebih baik dan benar. Insyaallah...

My Mom, My Power Rangers

Mendengar tokoh power rangers, saya teringat waktu kecil dulu ketika serial film anak tersebut gencar dipertontonkan setiap minggu pagi. Tokoh power rangers diidentikkan dengan pembela kebenaran, menumpas kejahatan, atau katakanlah sebagai pahlawan. Mungkin dalam bahasa agamanya Amar Ma’ruf Nahi Munkar.

Setali tiga uang, dalam kehidupan nyata. Seorang ibu adalah salah satu tokoh yang tak pernah habis untuk diperbincangkan, dari sudut pandang manapun. Dipandangan dari sudut agama Islam, ibu mendapat tempat yang sangat istimewa. Dalam sebuah hadits pernah diriwayatkan ketika Rasulullah saw ditanya oleh seorang sahabat “ya Rasulullah, siapa orang yang harus kami hormati didunia ini?” Rasulullah menjawab “Ibumu” sampai tiga kali baru kemudian “Bapakmu”. Juga dalam hadits lain diriwayatkan “Surga berada dibawah telapak kaki ibu”. Begitu sangat istimewanya posisi seorang ibu dalam ajaran agama Islam.

Dalam hati saya pernah terbesit pertanyaan. Kenapa harus Ibu yang disebut tiga kali, bukan ayah? Apa hanya karena beliau yang melahirkan kita? Lalu kenapa pula surga bisa berada dibawah telapak kaki ibu? Juga kenapa hanya ada hari ibu, tidak hari ayah? Sampai-sampai ayah saya pernah berkelakar protes “kapan hari ayahnya nih?”.ha ha…

Bagi saya, satu kalimat cukup untuk menjawab semua pertanyaan itu dalam hati. Jawaban yang berangkat dari keseharian yang selalu berulang-ulang terjadi dirumah. Ibu adalah pertama sekaligus terakhir. Ya, hanya itu. keseharian ibu yang terkadang luput dari kesadaran kita. Siapa yang pertama bangun ketika pagi? Dan siapa yang tidur terakhir ketika malam? Siapa yang pertama kali meyiapkan saparapan/makan? Dan siapa pula yang justru terakhir kali makan? Ibu yang banyak pertama kali merasakan kesusahan tapi malah yang terakhir kali merasakan kesenangan.

Masih banyak lagi alasan kenapa harus ibu. Tentunya kita tahu dan merasakannya. Begitu banyak pengorbanan yang telah dilakukan ibu, dari mulai kita terlahir hingga dewasa. Mencurahkan seluruh kasih sayangnya demi kebaikan kita. Dialah yang mengayomi, melindungi, dan memberikan kenyamanan bagi kita.

Mari kawan, sebelum semuanya terlambat. Lakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan untuk beliau. Jangan sampai kita menyesal dikemudian hari, ketika tidak ada lagi orang yang menangis gembira ketika kita berhasil dan menangis sedih ketika kita gagal.

Akhirnya, saya ingin mengutip sedikit lirik lagu dari ungu...
Ibu, terima kasih untuk kasih sayang yang tak pernah usai, tulus cintamu takkan mampu untuk terbalaskan.
Ibu, semoga Tuhan memberikan kedamaian dalam hidupmu, bukti kasihmu kan abadi dalam hidupku.

Terima Kasih Ibu…
Dari Anakmu.

Teruslah Mengepakkan Pena!

Ibarat tanaman, usia IPM kita (Sumedang) baru seumur jagung. kurang lebih tiga periode berjalan setelah sebelumnya terkesan mati suri. masih butuh waktu panjang untuk bisa kokoh seperti pohon jati, atau berakar lebat seperti pohon beringin. Ketekunan, Kesabaran, dan Kemauan kuat adalah salah satu kunci untuk memelihara agar tanaman tersebut terus berproses menuju usia matang demi menghasilkan manfaat.

Di dunia ini, semua tak lepas dari sunnatullah. begitupun organisasi kita, terlahir, tumbuh berkembang, lalu mencapai puncaknya dan kemudian kembali lagi seperti semula. semuanya tak bisa kita pungkiri dan pasti akan terjadi. Tapi, ada hal berharga yang bisa kita lakukan dalam menjalani proses sunnatullah itu, seberapa besar manfaat yang bisa kita berikan.

Terkadang dalam berorganisasi kita merasa tidak berarti/tidak dibutuhkan. Minder, ada ataupun tidak adanya kita toh tetap saja organisasi bisa jalan. Pernahkah merasakannya? Ya, setiap orang pasti pernah. Hanya saja, ada orang yang kemudian menyerah dan ada pula yang tetap bertahan. dia yakin bahwa sunnatullah akan tetap berlaku, dia juga yakin ada manfaat yang bisa ia berikan, hidup adalah sebab-akibat, bisa jadi adanya dia menyebabkan adanya orang lain, begitupun sebaliknya. sebagaimana kata OR#GANISASI, kita tetap menbacanya sebagai ORGANISASI, sebab kita tahu setelah huruf 'R' seharusnya huruf 'G' bukan tanda '#', walaupun huruf 'G' hanya satu huruf. Kenapa? karena kita semua adalah berharga.

Dalam berorganisasi juga sering membuat kita merasa tidak nyaman, tertekan, banyak masalah, konflik dengan sesama anggota, dsb. disisi lain kitapun pernah merasa bahagia, penuh kebersamaan, semangat dalam kegiatan, dsb. Itulah dinamika organisasi dan dinamika kehidupan pada umumnya. Hadapi sepahit apapun dinamika yang terjadi dan syukuri dinamika yang menurut kita manis. Percaya atau tidak percaya, justru dinamika pahitlah yang menarik untuk dikenang dan membuat kita tersenyum bahagia dikemudian hari. ada saatnya kita memang harus benar-benar berhenti tetapi bukan menyerah !

Di IPM kita disadarkan tentang potensi diri dalam Taruna Melati I, kita diajak untuk peka terhadap dinamika organisasi dan lingkungan sekitar dalam Taruna Melati II, begitu pula dengan jenis perkaderan-perkaderan lainnya. Kita berlatih membuat visi, misi, dan juga strategi dalam gerakan. kita belajar bagaimana menyelenggarakan permusyawaratan dengan baik dan benar untuk menghasilkan mufakat, serta bagaimana menjalankan organisasi dengan sungguh-sungguh dan bertanggung jawab. kita berlatih untuk menjadi tauladan yang baik sebagai khalifah Allah dimuka bumi. karena kita adalah pelopor, pelangsung, penyempurna amanah.

Organisasi kita tahun ini (2011) kembali menjadi organisasi kepemudaan terbaik se-Indonesia bahkan tingkat Asia Tenggara. Layakkah IPM Sumedang menyandang gelar tersebut? Jawabannya ada ditangan kawan-kawan semua. Hari ini, pena berada dipundak kawan-kawan.

Kami Pelajar Muhammadiyah berjanji: Berjuang menegakkan ajaran Islam, Hormat dan patur terhadap orang tua dan guru, Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, bekerja keras, mandiri, dan berprestasi, Rela berkorban dan menolong sesama, Siap menjadi kader muhammadiyah dan bangsa.

Teruslah Mengepakkan Pena !



Catatan kecil "refleksi masa lalu".
Nur Fakri, Alumni PD IPM Sumedang

Rekan Blog