Sunday 13 October 2013

Titik Balik



"Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan."
Q.S. Al-Qasas: 77

Mengawali tulisan ini, sengaja saya kutip salahsatu ayat dari surat Al-Qasas di atas. Bagi saya ayat ini sangat menarik, karena menyangkut kehidupan manusia secara menyeluruh.

Bagian awal ayat menegaskan untuk mencari kehidupan akhirat dengan segala potensi yang telah dianugerahkan Allah kepada manusia. Menyiratkan bahwa ibadah-lah yang harus didahulukan sebagai bentuk pengabdian manusia terhadap Tuhannya. Kemudian kalimat selanjutnya memperingatkan kepada manusia untuk tidak lupa terhadap kehidupan yang sedang ia jalani di dunia, manusia tetap diwajibkan untuk mengusahakan kesejahteraan dirinya sendiri.

Berikutnya  ayat tersebut memberikan ilustrasi bagaimana Allah telah memberikan kebaikan bagi manusia, seolah-olah mengatakan bahwa apakah kamu tidak bisa melakukan kebaikan yang sama kepada orang lain? Padahal kamu telah menikmati kebaikan yang telah Allah berikan bagi kesuksesanmu selama di dunia. Atau mungkin permisalan lain, apakah kamu justru akan berlaku dhalim terhadap orang lain, padahal Allah telah memberikan kebaikan untuk hidupmu di dunia?

Lalu di bagian ayat selanjutnya, Allah memperingatkan lagi, janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Suatu penegasan yang menyangkut lingkungan. Manusia boleh dan malah dianjurkan untuk mendayagunakan apapun yang ada pada dirinya dan lingkungannya bagi kehidupan mereka, tetapi dengan satu syarat, jangan merusak!

Saya katakan menarik dan menyeluruh sebab ayat ini menyangkut empat aspek kehidupan manusia sekaligus. Spiritual, Individual, Sosial, dan Ekologi. Yang keempat hal tersebut tidak bisa lepas dari kehidupan manusia.

Hal menarik kedua yang saya ingin ungkapkan, berkaitan dengan ayat ini, saya tercenung entah juga tersadarkan atas kehidupan manusia yang sedang dijalani saat ini. Utamanya sejak peradaban Islam mulai kalah pamor tergantikan oleh peradaban barat yang diawali dengan meletusnya Renaissans. Paham materialisme mulai berkembang berikut dengan paham-paham turunannya. Saat itu agama (kristiani) mulai dirumahkan, yang dampaknya pun terasa di kalangan umat agama lain. Spiritualitas mulai sayup-sayup terdengar sebelum akhirnya mati suri.

Dan memang, sejak itu kemajuan diberbagai bidang kehidupan manusia berkembang spektakuler hingga saat ini dan mungkin di masa-masa yang akan datang. Dunia gegap gempita, modernisasi dan globalisasi merangsek masuk dalam sendi-sendi kehidupan manusia. Teknologi berkembang pesat, canggih dan mencengangkan.

Ini yang kemudian saya katakan menarik, ketika kesuksesan demi kesuksesan banyak diraih, saat kemajuan-kemajuan material berada dalam genggaman dan kemudahan-kemudahan pekerjaan manusia begitu terasa. Orang-orang mulai menyebut-nyebut kembali soal spiritualitas, agama yang sebelumnya mati suri dalam pentas kehidupan manusia dibangunkan lagi dari tempat pembaringannya.

Ketika banyak bermunculan orang-orang sukses material yang hampa makna, merasa terasing dari kehidupannya sendiri. Ketika banyak orang, ataupun kelompok, tergerak untuk mendobrak kehidupan individualistis akut yang menimpa manusia-manusia millenium saat ini. Ketika alam mulai menampakkan hukum-hukumnya sendiri.

Sekelompok orang yang berlabel "guru spiritual" banyak dicari, gerakan-gerakan yang bersifat sosial mulai bertebaran dimana-mana demi menentang ketidak-adilan dan hegemoni "sang berpunya". Program-program perbaikan lingkungan menjadi perhatian manusia di hampir semua belahan bumi.

Manusia berbondong-bondong mencari solusi. Mengupayakan hal-hal yang dapat mencegah terjadinya bencana kemanusiaan dan bencana alam. Semoga saja, kita masih menjadi manusia-manusia sadar atau setengah sadar untuk sama-sama melakukan perbaikan dan kebaikan.

Saya ingin mengutip kembali sebuah ayat, sebagai penutup catatan ini, yang juga merupakan ayat penutup dari surat yang saya kutip di atas. Wallahua’lam

"Dan jangan (pula) engkau sembah tuhan yang lain selain Allah. Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Segala keputusan menjadi wewenang-Nya, dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan."

Q.S. Al-Qasas: 88

Friday 6 September 2013

Bumi Pertiwi

Adakah yang salah? ketika rahmat kemerdekaan yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada negeri ini masih saja dikotori oleh tangan-tangan jahil yang mengusik sesama atas nama klaim kebenaran keyakinan tertentu.
Khilafkah pendiri bangsa ini? ketika kemanusiaan yang dihormati dan dijunjung tinggi justru robek di sana-sini terkoyak oleh ego manusia yang semestinya beradab.

Terlalu bedakah saya, anda, kami dan kita? ketika persatuan yang diusung bersama ternyata malah menjadi cara paling ampuh untuk menegasikan satu-sama lain.

Bodohkah? ketika aspirasi kami atas kemakmuran negeri ini kami percayakan pada wakil-wakil tanah daerah kami yang terhormat dan bijaksana (?)

Masih berkhayalkah kita? ketika rahmat kemerdekaan itu menjadi gerbang bagi kebesaran rakyat Indonesia untuk hidup sejahtera.

Berjuta-juta penduduk negeri hidup di dalamnya. Indonesia, negara dengan bentangan wilayah sepanjang 3.977 mil dan luas daratan hampir 2 juta kilometer persegi serta lautan lebih dari 3 juta kilometer persegi. Terdiri atas belasan ribu pulau, beragam suku-bangsa dan ratusan bahasa daerah, serta berbagai macam keyakinan agama.

Telah enam puluh delapan tahun Indonesia merdeka...

Saat kekerasan, pembunuhan, kerusuhan, dan pembantaian hampir setiap hari mewarnai.

Telah lima kali pemimpin negeri ini berganti...

Saat penyalahgunaan wewenang dan perebutan kekuasaan menjadi tontonan sehari-hari.

Telah tiga generasi anak bangsa ini terlahir...

Saat kemakmuran dan kesejahteraan masih saja dinikmati segelintir orang.

Indonesia, aku ingin melihat anak bangsamu bangga menyandang namamu, benderamu berkibar lepas penuh wibawa, garudamu terbang tinggi menjelajah dunia.

Di tahun kemerdekaan ke-berapa aku melihatnya, Indonesiaku?

Friday 21 June 2013

Pasar Kaget!



[Suasana pasar jum'at di Masjid Mujahidin Bandung]

Fenomena pasar kaget di berbagai daerah tampaknya kian marak terjadi. Aneka macam barang dagangan diperjual-belikan di pasar kaget ini, utamanya barang-barang sandang dan pangan berskala mikro. Bahkan pedagang yang berjualan bisa datang dari daerah-daerah jauh.

Dalam prakteknya, pasar kaget ini muncul dengan berbagai varian, antara lain pasar jum'at, pasar minggu, pasar pagi, pasar malam, dan varian-varian lainnya.

Khusus di daerah Kota Bandung, setiap hari Jum'at muncul fenomena pasar jum'at, tenggat waktunya antara pukul 09.00 WIB hingga 15.00 WIB. Pasar jum'at ini muncul seiring banyaknya jama'ah jum'at di masjid-masjid yang relatif besar di kota Bandung. Sebut misalnya masjid Mujahidin (Sancang), masjid Pusdai (Diponegoro), masjid Salman (ITB), masjid Istiqomah (Citarum), masjid Al-Ukhuwah (Wastukencana). Masjid-masjid tersebut tidak hanya dipadati oleh jama'ah shalat jum'at, tetapi juga dipadati oleh para pedagang di sekitarnya.

Mungkin ini telah menjadi fenomena umum, akan tetapi yang menarik adalah tidak sedikit pula perusahaan-perusahaan tergolong besar seperti dealer-dealer kendaraan bermotor dan cabang-cabang perusahaan makanan ringan yang ikut meramaikan bursa pasar kaget ini dengan menutus para salesnya.

Fenomena pasar kaget menjadi lebih menarik kala realitas pasar tradisional belakangan ini eksistensinya kian merosot. Pasar-pasar tradisional telah terstigma dengan kondisinya yang kumuh, bau, tidak higienis, dan sebagainya. Di sisi lain, perusahaan-perusahaan retail raksasa melakukan ekspansi besar-besaran menyerbu konsumen tingkat menengah ke bawah yang notabene merupakan ladang pasar tradisional. Dua perusahaan retail raksasa seperti PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk (Alfamart) dan PT. Indomarco Prismatama (Indomaret) sukses besar merebut konsumen pasar tradisional itu.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa konsumen akan lebih memilih berbelanja di lokasi yang menurut mereka lebih baik. Terlepas dari bagaimana dampak ekonomi yang ditimbulkannya dikemudian hari. Sebuah realitas pragmatis yang niscaya.

Pasar kaget setidaknya menjadi alternatif bagi pedagang-pedagang kecil untuk tetap eksis di tengah persaingan yang tak berimbang tersebut. Walaupun mungkin dilematis, disatu sisi pasar kaget mengganggu ketertiban umum, tapi disisi lain, melalui transaksi pedagang-pedagang kecil inilah fundamental ekonomi Indonesia menjadi kuat, tahan terhadap krisis. Suatu realitas ekonomi kerakyatan yang niscaya pula.

Semoga ke depan muncul solusi yang lebih baik. Dari siapapun. Untuk generasi bangsa Indonesia yang lebih mandiri.

Salam Pena!

Friday 14 June 2013

Lakukan Saja!

Sekelas penulis amatiran, menulis memang bukan perkara mudah. Butuh waktu berjam-jam untuk sekedar merangkai kalimat dalam satu paragraf. Belum lagi masalah mood, tak usah-lah berbicara tentang sistematika dan logika tulisan, berhasil menyelesaikan satu karya tulisan yang utuh pun sudah merupakan anugerah besar. Tentunya dengan diksi yang masih blepotan.

Seperti pagi buta sekarang ini, hasrat corat-coret blog saya mulai kambuh, inilah kambuh menulis blog pertama saya di tahun 2013. Cukup mengenaskan, sudah lewat enam bulan tahun 2013 berlalu, baru hari ini mutiara itu muncul.

Tak tanggung-tanggung, ide-ide tentang gagasan apa yang akan dikemukakan dalam tulisan ini bermunculan. Berjejal memenuhi isi satu-satunya anugerah Tuhan yang hanya diberikan kepada manusia, pikiran. Mungkin lebih sesak dibanding berjejalnya umat muslim di masjidil haram kala musim haji.

Saking sesaknya, pikiran ini pun akhirnya mengalami kontraksi. Ia biarkan gagasan itu terus berebut, sambil dibelakang layar, ia berkonspirasi dengan jari, sesuka hati. Jika di dunia sosial kita mengenal sikap mendua, saya kira di alam neuron-neuron otakpun mengenal itu. hehe aneh.

Salah satu ide mengatakan, tulislah tentang kehidupanmu saat ini, ide lain menginterupsi, lebih baik tulis saja tentang organisasimu, IPM Jawa Barat, yang malam ini akan menyelenggarakan pelantikan. Ide lain lagi ngotot, jangan! lebih baik tulislah tentang minatmu dalam hal ekonomi, atau sosial, atau budaya, itu lebih bermanfaat bagi orang lain daripada bernarsis ria menulis tentang diri sendiri. Ide-ide lainnya tak mau kalah, ikut-ikutan menginterupsi, menyangkal dan berdebat. Saling mematahkan argumen satu-sama lain.

Berjam-jam ide-ide tersebut berdebat, mereka masih belum menemukan kata sepakat. Teknik-teknik negoisasi sudah digunakan untuk mempengaruhi satu-sama lain. Para backing dari masing-masing ide sudah turun gunung, berusaha membantu ide bawahannya untuk mengintervensi ide lain. Masih tetap sama, belum juga berhasil.

Entah mereka sadar atau tidak, sambil memperhatikan perdebatan mereka, pikiran yang berkonspirasi dengan jari telah hampir selesai membuat satu karya tulisan sebagai karya pertama di tahun 2013.

Tulisan inilah hasilnya, tak ikut berdebat, tak perlu banyak basa-basi, ia lakukan apa yang ia mau, tak peduli dengan aturan-aturan dalam membuat sebuah karya tulisan, tak peduli dengan topik apa yang sebaiknya dikemukakan. Ia lalukan saja. Dan membuat ide-ide yang berdebat mati kutu, sia-sia perdebatan mereka.

Aku tertawa...
Salam Pena Kawan :)

Rekan Blog